Refleksi Sastra : Sepanjang Tahun 2024 Penyair Pulo Lasman Simanjuntak Telah Menulis 20 Puisi

Teks foto : Penyair Pulo Lasman Simanjuntak didampingi Penyair Perempuan Indonesia Ritawati Jassin sedang tinjau perpustakaan sastra koleksi PDS.HB.Jassin di Lantai 4 Gedung Panjang Ali Sadikin, PKJ TIM di Jakarta Pusat, belum lama ini.(Foto : Stanley Arsenova)

JAKARTA-Dalam refleksi sastra jelang tutup  akhir tahun 2024 ini Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak (63) tetap 'produktif' dalam menulis karya puisi atau sajak.

Sepanjang tahun ini (Januari s/d Desember 2024) sebanyak 20 puisi  (sajak) telah ditulisnya dengan berbagai tematik yang sangat puitik.

Berikut 20 sajak yang ditulis Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak yang merekam berbagai 'potret' kehidupan pergumulan sang penyair, serta pergulatan baik di bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, teologia, dan masih banyak lagi.
Selamat membaca.Salam Sastra Indonesia.

RUMAH PERSUNGUTAN 
-episode kedua-

rumah batu di tubuh kota
di dalamnya telah tumbuh sebilah pisau
untuk memutilasi kesunyian
keluh kesah 
dari tingkap-tingkap langit
semoga turun hujan berkat

kini cuaca semakin
berwajah garang
turunkan api belerang
tiap hari hanya ada
satu suara putus asa : 
bunuh diri !

rumah batu di kulit-kulit kota
selalu saja menjelma
jadi ratusan persungutan kekal
dilontarkan dari atas ranjang
tanpa ada lagi persetubuhan
lantaran janinnya selalu kelaparan 
dahaga di padang kering kerontang

rumah batu tanpa jendela hati
pintunya selalu menuju kematian abadi 
karena di sana telah dihuni
perempuan molek 
dari tanah het, sidon, dan moab
selalu tawarkan kemurtadan

jadilah sajakku terjebak
tanpa mata dan telinga
hanya terhibur
pada tiga belas penderitaan
para rasul
pasrah ataukah-
berserah
pesan pandita 
yang hilang entah kemana
menunggu setia
paket malaikat 
dari sorga 

Jakarta, Rabu, 13 Maret 2024

KORUPTOR MATA IBLIS 

koruptor mata iblis
menatap dan memangsa
setiap tubuh pemangku jabatan pertanian
paling memalukan

bahkan dengan rakus dan buas-
tanpa ampun dan belas kasihan
dipalak semua pintu 
tak ada daun jendela 
keberingasan luar biasa

karena wajahnya 
makin garang
disebar mata uang
sampai ke meja pengadilan
tanpa takut sedikit pun
sampai turun ke tali temali
sumur kematian

malah bau nafasnya 
sampai juga ke dalam larik dan bait sajak 
mengerikan ini

jenggotnya liar merambat
minta parfum, handphone, tablet, ipad, kacamata, mobil alphard, pin emas, mikrofon, buah durian, gaji buta, rumah dengan beton berlian hingga goyangan penyanyi dangdut tiap malam pentas musik di atas ranjang orang kelaparan

duh, 
nama siapa mau menyusul
jadi koruptor mata iblis
kejahatan di ujung
akhir zaman
sudah digenapi kepastian

Jakarta, Senin, 17 Juni 2024

HARI INI 

hari ini 
menatap matahari pagi
hatiku semakin perih
tercambuk sapu lidi 
bergerigi
tajam 
menusuk bertubi-tubi

sulit tumbuh 
ketika kusebar 
benih berduri
yang berbuah
dari kitab suci

hari ini
nafas tanpa roh kasih
diuji batu rohani
berulangkali
digali sampai mati

musibah sampai terkapar
jari-jariku cemas
disiram air keras

padahal hari ini
sudah tertulis
dalam lembaran kertas
hikmat bersama akal budi
yang rajin kubaca 
dengan kacamata 
kadang tanpa permata 
kebenaran selalu terbang
mengguncangkan iman 
kesendirian

Jakarta, Kamis 1 Agustus 2024

PEDANG ROH

aku mau datang kepada-Mu
Tuhan semesta alam
membawa sebilah pedang roh
di tangan kanan yang terpenggal
kadang makin sulit penuh pergumulan
menebang pepohonan 
di gurun kelaparan

bisakah batu penjuru itu
menolongku jadi roti sajian
untuk ribuan orang
nyaris mati kejang

agar mulutku 
yang makin 
rajin menyantap  firman Tuhan
serta nubuatan akhir zaman
tak lagi terkapar 
dalam meditasi kesendirian

Jakarta, Selasa 13 Agustus 2024

RUMAH TANPA AIR MENGALIR

rumah tanpa air mengalir
belum juga berakhir 
bahkan kecemasannya 
menjelma jadi sebuah sungai 
yang meluap air kecemasan
sangat membosankan

dari mana sumber mata airnya, tanyamu
yang sekian abad sebelum masehi
tak pernah menyentuh tubuh musim hujan
kini terkunci sangkar besi
dipecahkan suara anak dinihari

rumah tanpa air mengalir
telah disuguhi darah dan senjata
antara perang timur tengah
tak berkesudahan 

sakit nyeri di telapak kaki kiri
menunggu jawaban pandita apakah bermata tiga ?

sampai juga  kubaca tadi pagi
minumlah air kekal, pesan rabi
di sumur tua samaria
yang mengalir abadi
sampai tanah surga

Jakarta, Minggu 28 Oktober 2024 

KOTA TANJUNG PANDAN SUATU PAGI

kota tanjung pandan suatu pagi
masih kukejar sisa kantuk kelaparan akut dinihari

ketika sudah turun dari pesawat terbang
hanya kengerian membaca kisah anak negeri
terperosok nyanyian nada minor 
di semak belukar kota zaman batu

tercium aroma kopi hitam tanpa matahari
bersiap menulis air rawa permukiman kumuh
menyantap sampah dan rebusan eceng gondok

lalu kutemukan sungai-sungai purba di bawah tanah
yang bermandikan air nuklir

alangkah kaya alam dan hutan di kabupaten belitung
para nelayan bersuka ria
mengirim hasil tambang pasir
ke pelabuhan yang nyaris merapat dengan lautan emas
milik singapura

Belitung, Kamis, 26 September 2024

MELEPAS LAUT TANJUNG KELAYANG

mengauli kepenatan
pergumulan hidup 
pohon liar rasa pahit
itu nyanyian tangisanku 
delapan bulan
ziarah kubur di rumah ibadah

kota-kota sudah terbakar
tinggal dalam kegelisahan
dilepas jangkar berkarat
di pantai  tanjung kelayang

aku langsung menyatu
dengan seribu akar matahari

seperti ikan terasing
lalu tenggelam dalam lautan bebatuan

percakapan terbentur di batu iman tegar
tak sempat disantap burung elang hitam
pada pagihari 
masih diselimuti ketegangan 

Belitung, Babel, Minggu 29 September 2024

BERGUMUL DENGAN MATAHARI PAGI

bergumul dengan matahari pagi-
hari ini
seperti aku tak lagi mendengar
penjual lapak menawarkan 
daun-daun hijau
nyaris rontok 
menimpa pohon-pohon terlantar 
kekeringan

lalu sajakku bersetubuh 
dengan aspal jalan hitam
yang masuk kompleks permukiman
diam
batu-batu bisu
berterbangan

orang-orang gerak badan
dalam gua kelahiran
nyaris berkelahi 
dalam keterasingan

Jakarta, Oktober 2024

MATA PUISI

1//
menghitung hari-hari
nyaris buta (cemas !)
seperti puisiku yang menua
diselimuti asap kabut
dari pinggiran kota berawan

terus kususuri menuju
rumah ibadah
untuk mukjizat kesembuhan
di atas mimbar kesucian

membawa juga tubuhmu
digerogoti ulat-ulat beracun
dari dalam tanah basah
airmata terus berdarah

2//
sebelum aku merangkul
pekabaran tiap dinihari
rajin gerak badan di tikungan jalan

mulutku yang membusuk
telah menelan rakus
ribuan potong daging haram
ratusan ikan dari selokan

bahkan sering disuguhkan minuman biang gula
dari perkebunan teh yang tumbuh liar
di sekujur tubuhku

3//
maka kuputuskan( tiba-tiba !)
mata puisi ini
harus berlari ke rumah duka
disuntik obat mata dosis tinggi

lalu jadilah aku menjelma
jadi seorang tukang sihir
yang tak mampu melihat sinar matahari berdiri
tegak tiap pagi

4//
pada malam ini
sesudah hujan dan petir bertandang di pekarangan rumah
gelap gulita
harus kuselesaikan
membaca kitab suci
dengan mata kiri
menari-nari sendiri

aku harus kuat, pesanmu
sampai nanti kita bisa bertemu lagi
di hamparan langit baru
tanpa ada lagi
tangisan membuta
atau penyakit menular
sudah dimatikan seekor ular

damailah hati ini

Jakarta, Januari 2024

MENULIS SYAIR UNTUK PRESIDEN

-episode pertama-

menulis syair untuk presiden
aku melihat tingkap-tingkap langit
terbuka lebar
seperti percakapan tadi pagi
di meja kaca 
tanpa daging
kehilangan pasangan
tak punya kenangan

kenapa harga pangan 
terus melambung tinggi, tanyamu
setinggi burung gagak
terbang ke lumbung kematian 
sangat gersang
kering kerontang

kenapa nilai mata uang
tak bisa lagi menari-nari
bersama matahari pagihari
menyambut kekusaman hati
memasuki negeri 
di bawah telapak kaki

menulis syair untuk presidenku
menatap jutaan manusia langka
tak punya otak kiri
minta sedekah
tangannya berapi 
untuk publikasi sejati

tanah tumpah darah
di seberang pulau berair
masihkah ada investor
menebar benih-benih palsu
yang tak bisa dihitung
dengan sempoa atau kucing liar
dalam karung

Jakarta, Kamis 1 Februari 2024

MENULIS SYAIR UNTUK PRESIDEN

-episode dua-

jika aku jadi presiden
aku akan melanjutkan
menulis syair ini
sambil menghitung jumlah utang negara
di bawah awan garang 
bahkan angan-angannya
telah dikorupsikan mencapai delapan puluh triliun rupiah

setelah itu kutelan rakus
ribuan kilometer 
jaringan jalan tol, kereta api cepat, bendungan tak bisa dijebol, dan mobil listrik yang sering meledak di pinggir jalan protokol

sekarang lihatlah,
aku sudah jadi presiden
tak punya janji
hanya kusodorkan
perawan berpendidikan
anak-anak mampu berlarian
mengejar sejumlah harapan
tanpa harus jadi pesakitan

karena masa depan
bukan lagi milik pesyair
yang rajin menulis syair
untuk disodorkan
di pintu gerbang negarawan
acapkali kebakaran
uraikan kemacetan di seputar
bunderan kematian

Jakarta, Kamis 1 Februari 2024

PENYAIR BERJALAN TANPA KAKI KIRI

penyair berjalan tanpa kaki kiri
menuju poli 
dindingnya saraf-saraf hati
atapnya terkelupas
jadi gunung kapur
usia yang sering kabur
cahaya makin gelap

sejak pagi tadi
di lantai pesakitan 
kita mau berdansa
sejak matahari terbit
sudah ditebar
satu setengah abad
siapa mencari luka 
jatidiri disikat

penyair berjalan tanpa kaki kiri
sia-sia baca puisi
saat terapi
akan berakhir di ranjang operasi

lalu dengan nyanyian amarah
dibakarnya ruang radiasi
rumah sakit dengan diagnosa mengerikan
pedih
perih

kita harus melarikan diri, pesanmu
meninggalkan semua catatan medis ini
antara kecerdasan dan kedegilan
penyair harus terus berjalan
tanpa kaki kiri

Jakarta, Selasa 5 November 2024 

SAJAKKU TERKAPAR DI TELAPAK KAKI KIRI

1//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
sejak kudaki tubuh laut 
kian tua
tanpa ombak
tanpa ikan
saling terbang
di dermaga sudut kotamu

lalu mendarat dengan duka cita
di seberang pulau kecil
diasingkan
di atas mercusuar 
tegak berdiri 

dengan kidung batu hitam
ditulis ribuan tahun
jadi keterasingan diri
menyatu dengan syair-syair
milik pujangga tua
muncul dari bawah 
semenanjung tanah adat 
bangsa melayu 

2//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
di atas bebukitan dingin membeku
nyaris ditiup angin 
musim cuaca terbakar
digelar kemah 
pembantaian darah domba
tanpa suara

usai ibadah
dengan doa syafaat
yang bercampur dengan asap dapur
kenikmatan hari perhentian
gempa bumi di negeri sendiri

diselesaikan terburu-buru
dengan baca sepenggal
kitab suci 
nyanyian harmonika tua
dari sepasang lelaki
yang lahir dari rahim permukiman hewan-hewan  liar
mabuk tiap dinihari

3//
sajakku terkapar di telapak kaki kiri
membawa satu tekad
kesembuhan abadi

dengan terapi
tulang-tulang ultrason
tanpa bersalin
napsu birahi liar

hanya jari-jari tangan 
menari-nari di tubuh sajakku
aku berteriak kesakitan
sebab masa mendatang
tanpa pengharapan

hanya iman makin melelahkan
berakar dan berbuah
di rumah ibadah

selalu tersembunyi
dalam roh
hati ini

4//sajakku terkapar di telapak kaki kiri
ingin menjemput  maut bersinar
tanpa airmata
atau suara persungutan
di padang pasir bangsa kafir

lalu segera berenang 
dengan nyanyian ramah
di sebuah kolam kekeringan
kedua kaki memanjang
dihitung delapan kali pertemuan
entah sampai kapan

Jakarta, Minggu 10 Nov 2024 

MENUNGGU TELEPON DARI TUHAN

pagi ini,
saya masih menunggu telepon dari Tuhan
karena perut mulai
kelaparan
mau minta makan

adakah lagi
seekor burung gagak
terbang membawa sari makanan
yang bisa dihisap
siang dan malam

ataukah
dari seberang lautan
ada kapal datang
membawa muatan gandum atau ilalang
untuk disajikan di meja makan
seperti menu saudagar dan bangsawan
zaman kegelapan

pagi ini, 
saya masih menunggu
telepon dari Tuhan
di tengah berita kepalsuan
siapa kalah atau menang
dihitung dengan jari tangan
jadilah kelaparan
makin memanjang

Jakarta, Kamis 15 Februari 2024

PERKAWINAN (33 TAHUN)

perkawinan kudus  ini 
telah melahirkan kesetiaan
kepada ajaran penurutan
Tuhan yang mengawal di depan
sejak usia masih perkasa
hingga tubuh masuk lansia

biarlah tangan kami berdua
tak akan lepas
terikat rantai emas

bila badai keras meluncur deras
di pintu hati cemas
hanya sehelai doa syafaat
diterbangkan
setinggi cakrawala pekat
hingga seratus malaikat 
datang melawat

sampai dilanda kelaparan
sampai di gerbang kematian
atau Tuhan datang
dalam awan melayang
dan tiupan angin sakal

kami tetap bertahan
sampai kesudahan
dunia di tepi akhir zaman

Jakarta, Jumat 16 Februari 2024

KAMI SENANG MENDAKI BUKIT-BUKIT ROHANI

kami senang
mendaki bukit-bukit rohani
sepanjang dua puluh enam tahun
keluar dari air dosa
kolam baptisan
bertubuh lumut
hitam legam

kadangkala kaki kami
sering terjebak
dalam panas membara
api belerang
berbau kecacatan
sperma tunggal

kami senang mendaki bukit-bukit rohani
dalam rumah sengketa
yang dihuni ratusan kecoa
pecahan kaca di atas kepala
bacaan mantera
dalam tanah
berakar sampah perzinahan
berhamburan kesedihan

kepanikan tertinggal
di atas meja surat perkawinan
rajin ibadah
disodorkan pelayanan
kadang telanjang kemarahan
pada bangunan yang telah ditahbiskan
tanpa papan nama
dalam kota tua
dekat terminal bus ledakan bom ransel
nyaris mencuri nyawaku
yang kian terluka parah

kini telah kehilangan
jabatan orang lewi
maupun roh semangat
dibanting di atas tanah berkarat

kami senang mendaki bukit-bukit rohani
mengalir dari puncak gunung berapi
ada di sekitar kehidupan
masa dewasa pandai berpuisi ria
sampai kami menjadi
manusia yang tumbuh subur
dipeluk kitab suci
setiap pagi

sungguh
kami senang mendaki
bukit-bukit rohani

Jakarta, Minggu 11 Februari 2024

SEPI KAPAN MENCAIR 

sunyi merayap
sepi tiarap
hening berharap
hidup nyaris kiamat

aku bertanya lagi, 
tetapi pertanyaanku yang membeku
membentur jidat para pejabat
tak mau lagi berjabat erat

ketika berita kusebar
makin berkarat
ketika siaran kudendangkan
makin melarat

dengarlah, 
oi, para pewarta 
oi, para pujangga
di ujung otot usia menua
di muara ibu negeri
hijrah tumpah ruah

sepi 
kapan mencair 
akankah sampai
tiba 
nyawa kita turun ke liang bumi
orang-orang mati
tak punya lagi
pengharapan 
kepastian

Jakarta, Rabu, 31/1/2024

PERKAWINAN MEMBUSUK

perkawinan ini makin membusuk-
dipahat dengan air liur amarah berkepanjangan
dibenturkan suara jeritan ratusan hewan buas
yang muncul tiba-tiba
karena selalu ada kabar
kemurtadan hari kemarin

lalu segera dimasaknya
bumbu dan menu perkawinan
dalam dapur perapian
tempat para pendekar iblis
bertarung mau turun
ke dunia paling sunyi

nyaris  menjelma menjadi seekor matahari terbenam
bintang-bintang berguguran
hari ketujuh jadi pesakitan
disiram air keras
sekeras hatinya yang kian 
membatu

setelah melewati aliran-aliran sungai penghakiman 
maka perkawinan harus menghadap pengadilan

semoga ada pasukan balatentara dari langit 
yang mau jadi pembela
sehingga nama kita jangan sampai terhapus
dari kitab kehidupan
dari ayat-ayat suci hapalan 
dari Tuhan yang masih kendali perkawinan

Jakarta, Senin,  22-1-2024

BERSAKSI

melalui layar zoom-
basah ditelan hujan malam
engkau masih di kamar mandi
mengguliti tulang-tulang tubuhmu
yang makin mencair
sebelum disampaikan khotbah tentang nubuatan
akhir zaman terlupakan

kuceritakan penderitaan 
makin berkepanjangan
satu untuk para pahlawan iman
satu lagi untuk jamaah serabutan
aku tetap kelaparan

"seribu penyakit menular harus ditebar dalam rumah persinggahan, lihatlah tiap malam rembulan batuk darah minta suntikan obat-obatan dari rumah sakit orang miskin," teriaknya dari atas tikar yang penuh dendam dan kebohongan

aku harus segera meditasi
kembali ke gua-gua kesunyian
mengais barang-barang loakan
lantaran anakku yang gagah perkasa
senantiasa berpesan penuh kemarahan
jangan ada lagi perkakas logam yang dijual
atau perangkat elektronik dijejer 
di jantung kiri dan etalase kematian

datanglah kepada Tuhan Yesus, pesanmu
sebab dari bukit hambalang
deru angin sangat kencang
semua diselesaikan 
satu siksaan 
kapan berakhir
hari-hari tak punya kepastian

Jakarta, Senin 12 Februari 2024

PUISIKU BERLARILAH 

puisiku
berlarilah 
menuju matahari sorehari
yang bersinar dengan amarah 
kemarau panjang
kering 
mengerikan

meledakkan gunung batu 
memangkas bukit rohani
sampai daun-daun ikut berguguran 

di atas ranjang 
ia sering menjilati masa lalunya 
yang purba

sekarang ia menjelma
jadi perempuan 
dikutuk ular berbisa
cemburu membuta

bila meneteskan airmata
diurai tali-tali maut
mau menjemput

Jakarta, Senin, 5 Februari 2024

BIODATA
Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya 20 Juni 1961. Menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta). Ratusan karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan 35 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia.Karya puisinya sejak tahun 1980- 2024 telah dimuat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) serta dipublish (tayang) pada 222 media online (website) dan majalah digital.Puisinya  juga telah dipublikasikan sampai ke negara  mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India.Sering diundang membaca puisi di  Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, dan sejumlah tempat komunitas sastra lainnya.
Bekerja sebagai wartawan dan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Kontak : 08561827332 (WA)
Medsos  : 
Facebook  : Bro
Instagram  : Lasman Simanjuntak
Tik Tok  : Lasman Simanjuntak
Youtube : Lasman TV

(**/Eykel)
Diberdayakan oleh Blogger.