Rahayu Saraswati D.Djojohadikusumo, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI : Saya Sebenarnya Penyair Dadakan, Tulis Puisi Dalam Satu.Jam

JAKARTA- "Saya ini sebenarnya penyair dadakan.Pertama kali nulis puisi pada usia 12 tahun, itupun dalam bahasa Inggris karena lama di luar negeri.Baru jelang usia 23 tahun balik ke Indonesia," cerita Rahayu Saraswati D.Djojohadikusumo, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI ketika "didaulat" untuk baca puisi dihadapan para penyair dan undangan yang tergabung dalam Komunitas Sastra TISI (Taman Inspirasi Sastra Indonesia) bertempat di Aula Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB.Jassin, Lantai 4 Gedung Panjang Ali Sadikin, Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Selasa siang (24/12/2024).

Saat menjadi salah satu nara sumber pada acara peluncuran (launching) dan diskusi sastra buku antologi puisi bersama berjudul " Ibu, Aku Anakmu" -merupakan produksi TISI ke-13  ini- yang juga dihadiri Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan, Rahayu Saraswati D.Djojohadikusumo mengaku langsung menulis puisi jam 24.00 WIB, dan baru selesai pukul 01.00 WIB jelang dinihari, jadi tulis puisi selesai dalam satu jam.

"Ditodong Bung Octa (Ketua TISI-red) untuk nulis puisi.Jam 24.00 WIB saya langsung nulis puisi, pas jelang deadline jam satu pagi selesai dua puisi, langsung dikirim ke Bung Octa," akuinya.

Octavianus Masheka-nama lengkap Bung Octa-sebagai kurator buku antologi puisi bersama tersebut  akhirnya memasukkan 2 puisi karya Rahayu Saraswati D.Djojohadikusumo berjudul " Warisan Luka, Balutan Cinta" dan " Berkah,Berkah Tanggungjawab Duniaku Menantikan Kehadiranmu" ke dalam buku antologi puisi bersama "Ibu, Aku Anakmu" pada halaman146-150.

"Alhamdulilah, sebetulnya sejak tahun 2021 saya kebetulan sebagai Ketua Umum Tunas Indonesia Raya punya kebiasaan atau budaya menulis pantun.Bahkan beberapa kali dalam memberikan kata sambutan saya tulis dalam bentuk puisi," ucapnya.

Sarah -panggilan akrabnya- sangat mengapresiasi kepada Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) yang tiap tahun meluncurkan buku antologi puisi terutama saat ada perayaan nasional seperti Hari Pahlawan dan Hari Ibu.

"Saya sangat mengapresiasi teman-teman TISI.Sebagai pencinta dan  pelaku industri budaya kalau kita mau berjuang masing-masing atau sendiri-sendiri lebih susah.Namun, dengan TISI kita bareng-bareng kumpul bersama, akan lebih mudah.Saya senang kerjasama dengan TISI karena ini merupakan edukasi melalui karya sastra seperti kumpulan antologi puisi ini,"  kilahnya.

Sementara ketika memberikan prolog berupa kata sambutan pada buku antologi puisi bersama " Ibu, Aku Anakmu"  Rahayu Saraswati D.Djojohadikusumo mengatakan puisi memiliki kekuatan untuk menyampaikan emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa.

"Melalui buku antologi puisi bersama ini kita diajak untuk menyelami beragam perspektif dan pengalaman tentang ibu dari para penyair yang berasal dari berbagai latar belakang.Mereka menyatukan suara, harapan, kenangan, dan penghormatan, bahkan mungkin kepedihan maupun penyelesaian dalam bait-bait yang penuh makna," ujarnya.

Buku antologi puisi ini,lanjutnya, tidak hanya menjadi pengingat akan jasa seorang ibu dalam membentuk karakter bangsa.Kumpulan puisi ini juga cerminan peran seorang ibu dalam membentuk karakter bangsa.

Kumpulan puisi ini juga mengingatkan kita  bahwa kita semua memiliki tanggungjawab untuk mendukung para ibu dan memastikan bahwa mereka mendapat penghormatan yang layak atas peran besar yang mereka emban.

"Saya percaya 96 penyair membaca ibu tidak hanya akan menjadi bacaan yang indah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus menghargai dan menyayangi sosok ibu, baik sebagai seorang anak maupun sebagai orangtua.Semoga buku antologi puisi ini memberikan kehangatan, pelajaran, dan kebijaksanaan bagi siapa pun yang membacanya," pungkasnya.(Lasman Simanjuntak)
Diberdayakan oleh Blogger.