Tingkatkan Akses Masyarakat Terhadap Layanan Kesehatan Bermutu, Kemenkes akan Bangun 66 Rumah Sakit di Wilayah 3T

Menkes berfoto bersama para penerima penghargaan HKN ke-60

JAKARTA – Pemerintah akan membangun rumah sakit tipe C di 66 daerah 3T (terluar, tertinggal dan terdepan). Pembangunan puluhan rumah sakit tersebut dilakukan guna meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang bermutu.

Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat memimpin upacara Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-60 tahun 2024 yang digelar Selasa (12/11/2024).

“Sesuai dengan arahan Presiden Prabowo, kita ingin agar daerah tertinggal terpencil dan kepulauan semuaa memiliki rumah sakit tipe C dengaan peralatan standar yang bisa menangani penyakit jantung, stroke dan kanker,” ujar Menkes Budi.

Ke-66 rumah sakit tersebut sesuai rencana jangka menengah yang disusun Kemenkes bekerja sama dengan Bappenas, pembangunannya akan dimulai tahun ini. Diharapkan dua tahun ke depan semua rumah sakit tersebut telah selesai dibangun dan siap dioperasikan.

“Kita akan menggunakan standar nasional bukan standar pemerintah daerah. Sehingga nantinya rumah sakit-rumah sakit tersebut memiliki standar yang sama,” lanjut Menkes.

Ia juga meminta agar Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan memastikan dan mengawal proses pembangunan 66 rumah sakit. “Lakukan dengan sangat hati-hati, efektif dan efisien sehingga fasilitas yang kita bangun akan baik, tepat waktu dan tata kelola yang benar,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Menkes Budi juga kembali mengingat dua prioritas pembangunan kesehatan lainnya pada era kepemimpinan Presiden Prabowo. Yakni skrining kesehatan dan akselerasi penuntasan penyakit tuberculosis (TBC).

Menurut Menkes, skrining atau pemeriksaan kesehatan gratis untuk semuaa kelompok umur harus segera dimplemenntasikan ke seluruh masyarakat agar kitab isa mendeteksi dini kondisi kesehatan masyarakat. “Skrining kesehatan memungkinkan kita bisa menangani penyakit dengan cepat sehingga dapat menghindari rawat inap pasien,” ujar Menkes. Budi.

Program kerja lain adalah skrininng tuberculosis (TBC). Disebutkan menkes, TBC telah menjadi pandemi terbesar dan terlama di dunia. Dalam kurun 200 tahun terakhir, TBC telah membunuh lebih dari 1 miliar penduduk dunia. Sedang di Indonesia, tercatat sekitar 1 juta penduduk menderita TBC setiap tahunnya.

“Saya ingin memastikan bahwa TBC sebagao penyakit menular itu bisa diidenifikasi melalui skrining dan didiagnosa oleh petugas kesehatan di fasilitas kesehatan,” jelas Menkes Budi.

Ia juga meminta agar petugas kesehatan pendamping pasien TBC harus bisa memastikan bahwa pasien sudah meminumm obat TBC dengan benar dan berkesinambungan hingga tuntas. 

Obat-obatan TBC rezim sekarang lebih pendek waktu pengobatannya. Sehingga penting bagi kita untuk memastikan bahwa obat tersebut diminum dengan teratur oleh pasien,” kata Menkes Budi.

Indonesia saat ini juga aktif terlibat dan penelitian vaksin baru TBC. Dengan adanya vaksin TBC generasi terbaru, diharapkan tidak akan muncul lagi penyakit TBC. “Ini jenis penyakit yang sangat mudah menular,” tandasnya. (inung)


Diberdayakan oleh Blogger.