Karier Andika Perkasa di Dunia Militer, Lebih Sering Menempuh Studi

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) TNI Andika Perkasa. (Foto: tangkapan layar youtube).

JAKARTA -- Memutar waktu ke tiga tahun silam, atau tepatnya 22 November 2018. Presiden RI kala itu, Joko Widodo (Jokowi) melantik Andika Perkasa sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad). Sebelumnya, Andika menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).

Pengamat militer Aris Santoso dalam tulisannya berjudul “Pergantian Kasad: Peran Hendropriyono Terlampau Besar” mengungkapkan di balik karier Andika yang melejit ternyata tersimpan beban moral sebagai menantu Jenderal (Purn) AM Hendropriyono. Hendropriyono merupakan mantan Kepala BIN yang dikenal dekat dengan Presiden Jokowi.

Biasanya, kata Aris, untuk menjadi Kasad, seorang kolonel senior angkatan darat (AD) mesti berdarah-darah dulu sebelum mendapatkan pangkat bintang satu (brigjen). Perjalanan kariernya butuh waktu sekitar 7-8 tahun bahkan lebih untuk naik level.

"Jalan Andika menjadi Kasad relatif mudah," kata Aris.

Bahkan sebenarnya saat masih Komandan Paspampres, karier Andika sudah moncer. Padahal ia masih belum lama menjabat sebagai Kadispenad. Biasanya jabatan Komandan Paspampres berasal dari perwira yang pernah memegang pasukan seperti Kostrad atau Kopassus.

“Idealnya, sebelum menjadi Komandan Paspampres, Andika dirotasi dulu sebagai kepala staf pada Kodam legendaris seperti Siliwangi atau Kodam Jaya,” jelas Aris.

Ketika itu, pengamat militer Made Supriatma menyebut Andika sebagai “perwira militer dengan karier paling cemerlang dewasa ini.” Made punya penjelasan untuk itu.

Andika merupakan lulusan Akademi Militer 1987. Di angkatannya, Andika menjadi satu-satunya perwira yang menyandang pangkat mayor jenderal. Bahkan dalam waktu singkat yakni 11 bulan.

“Pada 2013, dia masih berpangkat kolonel. Namun, pada 8 November 2013, dia diangkat menjadi Kadispenad dan pangkatnya pun naik menjadi brigadir jenderal,” tulis Made dalam “Andika Perkasa: Jejak Langkah Pengawal Presiden. “Sebelas bulan kemudian, Andika mendapat promosi menjadi komandan Paspampres dengan pangkat mayor jenderal.”

Karier Andika lebih banyak dihabiskan untuk studi ketimbang operasi militer atau penugasan lapangan sebagaimana perjalanan karier perwira tinggi militer pada umumnya. Made menyebut karier militer Andika sebagai 'anomali'.

“Umumnya, untuk memasuki jajaran elite TNI AD, seorang perwira harus memiliki aneka warna pengalaman, seperti melakukan operasi militer tempur (termasuk menjadi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB), memimpin pasukan, pengalaman menjadi perwira staf, memimpin wilayah komando teritorial, belajar, mengajar, dan lain sebagainya,” tulis Made.

Sejak lulus Akmil 1987 dan berkarier di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sebagai Komandan Peleton Grup 2/Para Komando selama 13 tahun, Andika kembali melanjutkan pendidikan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) dan menjadi lulusan terbaik. Ia melanjutkan Strata-2 di Vermont, Washington DC, Massachussetts, Amerika Serikat, dalam rentang waktu 1999-2004. Dan melanjutkan Strata-3 di Washington DC pada 2005.

Menurut Made, Andika hanya sedikit merasakan operasi militer, yakni operasi di Timor Timur pada 1990, operasi teritorial di Timor Timur (1992), dan operasi bakti TNI di Aceh (1994), serta dalam misi operasi khusus di Papua. “Dia termasuk miskin dalam operasi tempur,” tukasnya.

Ketika Andika ditunjuk sebagai Danpaspampres, Jenderal TNI Moeldoko yang ketika itu menjabat sebagai Panglima TNI mengatakan, penunjukan Andika merupakan keinginan langsung Presiden Jokowi.


(dmr)

Diberdayakan oleh Blogger.