Indonesia Peringkat Paling Rendah di ASEAN Dalam Capaian Layanan Air Perpipaan

JAKARTA- Indonesia menduduki peringkat paling  rendah di ASEAN dalam capaian layanan air perpipaan, karena berdasarkan data BPS hanya sebesar 19,76 persen di bawah negara tetangga Kamboja  sebesar 25 persen.

"Saya jadi ikut malu Indonesia paling rendah di tingkat ASEAN dalam capaian layanan air perpipaan, sedangkan Singapura telah mencapai 100 persen," ujar Dr.Subekti, Direktur Eksekutif Persatuan Perusahaan Air minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI) kepada wartawan di Jakarta, Rabu siang (18/9/2024).

Dalam temu pers bertemakan " Ironi Kebijakan Sektor Air Minum dan Sanitasi" ikut hadir Andi Wijaya Adani, Wakabid Standarisasi dan Sertifikasi Produk SPAM PERPAMSI,  Arief Wisnu Cahyono ,Wakil Ketua Umum PERPAMSI,  Rino Indira Agustiawan Sekretaris Umum PERPAMSI,  dan Agus Subali Bendahara PERPAMSI.

Dikatakannya lagi, Malaysia telah mencapai 95 persen, Thailand 71 persen, Philipina 60 persen, dan Myanmar 27 persen.

"Sementara untuk akses sanitasi hingga tahun 2022 lalu baru mencapai 10,16 persen dari target 15 persen di tahun 2024 yang menempatkan Indonesia pada posisi terendah di negara ASEAN," ucapnya.

Menurutnya air minum (air bersih) merupakan kebutuhan dasar yang sangat vital bagi kehidupan manusia.Akses yang mudah    terhadap air minum yang layak menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

"Sayangnya hingga kini masih banyak.masyarakat Indonesia yang belum menikmati akses air minum perpipaan yang layak dan aman," katanya.

Untuk mengatasi masalah ini pada Januari 2024 pemerintah telah meluncurkan program percepatan sambungan air minum perpipaan melalui Instruksi Presiden (Inpres) No.1 tahun 2024 tentang percepatan penyediaan air minum dan layanan pengelolaan air limbah domestik.

"Melalui Inpres ini Presiden RI menginstruksikan program percepatan akses air minum perkotaan sebanyak 3 juta sambungan rumah atau SR," jelasnya.

Inpres percepatan penyediaan air minum yang menyasar masyarakat perkotaan diarahkan untuk memanfaatkan kapasitas produksi sistem penyediaan air minum (SPAM) yang belum terpakai  atau idle capacity di daerah sebesar total 25.500 liter per detik.

Awalnya program ini menjadi kabar baik di tengah seretnya pertumbuhan akses air minum perpipaan bagi masyarakat.Terlebih bila mengacu pada isu dan permasalahan sektor air minum yang masih berkutat pada cakupan pelayanan yang rendah,namun di sisi lain masih tersedia idle capacity yang masih tinggi.

Sebelumnya Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan target pemasangan air minum adalah 10 juta sambungan rumah (SR).Namun, hingga tahun 2023 baru tersambung sebanyak 3,8 juta SR.

"Nah  gap yang hampir 6,2 juta inilah yang dicoba diakselerasi melalui Inpres No.1 tahun 2024.Kementerian PUPR selaku leading sector menperkirakan dana yang dibutuhkan untuk program air minum dan sanitasi nasional hingga 2024 total mencapai Rp 16,6 triliun " pungkasnya.(Las)
Diberdayakan oleh Blogger.