Prevalensi AMR Terus Meningkat, Wamenkes Ingatkan Masyarakat Hati-hati Gunakan Antibiotik
JAKARTA – Wakil Menteri Kesehatan dr Dante Saksono Herbuwono mengingatkan, agar masyarakat berhati-hati menggunakan obat antibiotik. Penggunaan obat antibiotic yang tidak terkontrol akan menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap jenis penyakit tertentu.
“Penemu antibiotic Dr Fleming sudah memperingatkan penggunaan antibiotic akan membuat seseorang kebal atau tidak mempan obat tertentu dan terpaksa dosisnya akan terus dinaikkan,” kata Wamenkes pada launching of Indonesia’s Antimicroba Resistence (AMR) National Strategy In Human Health 2025-2029 pada Seninn (19/8/2024).
Penggunaan antibiotic diakui Menkes di satu sisi dapat menghemat anggaran pengobatan hingga 30 persen jika dilakukan secara rasional. Namun dalam penggunaan yanag tidak tepat justeru akan membuat seseorang kebal, sulit untuk mendapatkan terapi obat hingga kematian.
Prevalensi kasus resistensi antibiotik akibat mikroba lanjut Wamenkes, terus meningkat. Saat ini, 1,27 juta orang meninggal setiap tahun karena infeksi yang resistan terhadap obat. Angka tersebut akan membengkak menjadi 10 juta kematian pada 2050 jika tidak dilakukan upaya pencegahannya dari sekarang.
Karena itu Wamenkes menekankan pentingnya startegi yang tepat dan koordinasi lintas sektor untuk mengendalikan kasus resisten antibiotic (AMR). Merujuk aturan WHO, maka strategi pengendalian AMR akan dilakukan berfokus pada individu (people center approach).
Koordinasi lintas sektor dalam penanganan AMR ini menjadi kunci penting karena menggunaan antibiotik tidak hanya digunakan pada manusia tetapi juga peternakan dan pertanian. Kalau ttermakan oleh manusia maka manusia jugaa akan resisten,” tegasnya.
Diakui Wamenkes, ancaman AMR sebenarnya pernah dikhawatirkan oleh penemu dari antibiotic itu sendiri yakni Dr Fleming. Kekhaatairan Dr Fleming terbukti Ketika tahun 1960-an muncul kasus-kasus resisten antibiotika atau tidak mempan obat. Lalu muncul strain baru yanag resisten antibiotic yang disebut superbacteria.
Menurut Wamenkes, AMR dapat menyebabkan sulitnya proses pengobatan. Semakin banyak penyakit yang tidak dapat diobati maka perawatan penyelamatan jiwa menjadi jauh lebih berisiko, dan biaya perawatan kesehatan meningkat.
Wamenkes Dante menilai AMR dapat berpotensi menjadi pandemi jika tidak diatur penggunaan antibiotik. Karena itu penting untuk menerapkan kebijakan, undang-undang, dan komitmen terus-menerus untuk memastikan tanggung jawab akses dalam penggunaan antimikroba. (inung)
Post a Comment