Kemenkes: Persepsi Negatif Jadi Kendala Tuntaskan Imunisasi Rutin di Indonesia!

 

Sekjen Kemenkes Kunta Wibawa Dasa Nugraha memberikan keterangan pers (inung).

JAKARTA – Imunisasi merupakan solusi pencegahan penyakit yang aman dan efektif. Namun adanya persepsi yang salah terhadap imunisasi menjadikan belum semua anak-anak Indonesia mendapatkan imunisasi yang lengkap dan tepat waktu.

“Banyak persepsi negatif terhadap imunisasi rutin. Banyak rumor dan informasi yang menimbulkan kekhawatiran tentang manfaat dan keamanan imunisasi,” kata Sekretaris Jendral Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa Dasa Nugraha pada puncak Pekan Imunisasi Dunia yang digelar di Jakarta, Minggu (19/5/2024).

Persepsi negatif terhadap imunisasi rutin ini menjadi salah satu masalah besar bagi dunia kesehatan. Bahkan Kunta menyebutkan misinformasi mengenai manfaat dan keamanan imunisasi pada era digital saat ini sudah seperti penyakit menular yang mudah tersebar ke masyarakat.

Hal tersebut sangat merugikan, karena masyarakat menjadi tidak percaya dengan imunisasi. Padahal imunisasi merupakan pencegahan penyakit yang sangat penting untuk dilakukan sejak kecil.

Menurut Kunta, pada era digitalisasi saat ini kegiatan imunisasi sudah sangat dipermudah, terutama melalui aplikasi Satu Sehat, sehingga sertifikat dan rutinitasnya akan terekam dengan baik. Keadaan itu berbanding terbalik saat digitalisasi belum masif, yaitu perlu membawa buku setiap masyarakat ingin melakukan imunisasi yang pada akhirnya buku tersebut hilang, sehingga rutinitas imunisasi tidak terekam dengan baik.

Oleh sebab itu, Kunta mendorong agar berbagai pihak, terutama di dunia kesehatan harus terus menerus melakukan komunikasi dan sosialisasi mengenai keamanan dan manfaat imunisasi. Dengan demikian masyarakat menjadi percaya kembali dan melakukan imunisasi setelah menurun tajam saat COVID-19.

Selain misinformasi dan berita, kendala lain adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Padahal menurutnya, imunisasi merupakan investasi bagi seorang anak untuk tumbuh dan berkembang. “Imunisasi itu kan investasi. Kalau anak sehat, mereka akan pintar, kemudian kalau pintar, anak bisa produktif,” ujar Kunta.

Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong masyarakat melengkapi 14 imunisasi rutin yang merupakan program pemerintah. Dari 14 jenis imunisasi, Kemenkes menekankan kepada tiga imunisasi baru yang masuk dalam program pemerintah yakni Pneumococcal Conjugate Vaccine untuk mencegah penyakit pneumonia, vaksin rotavirus untuk mencegah diare dan vaksin Human Papilloma Virus untuk cegah kanker serviks.

“Ini yang perlu terus kami tingkatkan. Tiga imunisasi baru yang kami harapkan masyarakat juga paham untuk melengkapi imun mereka,” kata Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Prima Yosephine dalam kesempatan yang sama.

Sementara itu Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Yudhi Pramono mengatakan Pekan Imunisasi Dunia tahun 2024 mengambil tema Imunisasi Lengkap Indonesia Kuat. “Tema ini diharapkan menjadi pengingat dan penyemangat bagi seluruh lapisan masyarakt untuk mampu mengejar ketertinggalan imunisasi baik bagi dirinya, keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar,” ujarnya.

Rangkaian Peringatan Pekan Imunisasi Dunia 2024 jelas Yudhi telah digelar sejak Maret mulai dari temu pengiat media sosial, temu media, berbagai penghargaan baik untuk Puskesmas maupun kabupaten/kota dengan cakupan angka imunisasi tertinggi hingga launching sertifikat imunisasi melalui aplikasi SatuSehat. (in)

Diberdayakan oleh Blogger.