Sanggar Humaniora Gelar Lomba Melukis dan Mewarnai Refleksi Kehidupan Pemulung

JAKARTA,Lomba melukis dan mewarnai ikut menyemarakkan acara Kenduri Urban Humanity Refleksi Kehidupan Pemulung - Seni untuk Kemanusiaan, yang diselenggarakan Sanggar Humaniora.

Acara tersebut sekaligus menandai peringatan HUT Ke-13 Rumah Singgah Bunda Lenny di bawah naungan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan. 

Acara digelar di Sanggar Humaniora, Kranggan Permai Jatisampurna Kota Bekasi, Sabtu (24/02/2023).

Acara bertema “Waspada Sampah! dan Peduli Nasib Pemulung di Sekitar Kita!” ini diikuti ratusan anak usia dini dari berbagai wilayah. Antara lain dari Pasar Rebo, Ciracas, Cibubur, Pondok Rangon Jakarta Timur, Cimanggis Kota Depok, Pondok Gede, dan Jatisampurna Kota Bekasi.

Mereka terdiri dari para siswa Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), sanggar seni anak-anak, dan lembaga lainnya.

“Waspada sampah! Kita ingin mengingatkan tentang perlunya waspada terhadap bahaya sampah, khususnya sampah plastik yang mengandung bahan kimia. Terus melakukan pencegahan pencemaran lingkungan dimulai dari diri sendiri, anak-anak dan keluarga,” ujar Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, Eddie Karsito, di lokasi acara lomba melukis dan mewarnai. 
 
Edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia dini, tutur Eddie Karsito, sangat penting sebagai upaya menjaga kesehatan diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan. 

“Salah satunya melalui kegiatan melukis dan mewarnai ini. Bertujuan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat,” ujar penggiat sosial, yang juga aktor film dan budayawan ini.

Selain itu, lanjut Eddie, kegiatan yang diselenggarakan di acara Kenduri Urban Humanity Refleksi Kehidupan Pemulung, sebagai upaya pendampingan, pengenalan dan pengembangan karakter empati pada anak sejak dini.

Menurut Eddie, merupakan hal esensial untuk dilakukan para orangtua agar anak dapat tumbuh menjadi manusia yang peduli dan memahami sesama manusia di masa depannya. 

“Penting bagi orangtua mengajarkan kepada anak melalui aksi-aksi kecil yang mengandung nilai dan refleksi pengembangan karakter empati. Utamanya pada warga kurang mampu seperti pemulung,” ungkapnya.

Refleksi Kehidupan Pemulung

Lomba melukis dan mewarnai ini merupakan salah satu mata acara kegiatan Kenduri Urban Humanity Refleksi Kehidupan Pemulung - Seni untuk Kemanusiaan yang digelar sejak Kamis (22/02/2024) sampai dengan Kamis (29/02/2024) mendatang.

Selain lomba mewarnai dan melukis, digelar juga pameran lukisan, seni instalasi, seni pertunjukan, dan lomba fashion show busana daur ulang.

Kenduri “Urban Humanity - Refleksi Kehidupan Pemulung” untuk pertama kali sebuah perhelatan seni yang melibatkan para awam, yaitu; pemulung dalam proses kreatif dengan pendekatan seni instalasi. 

Mengkontruksi sejumlah benda milik pemulung seperti gerobak, karung, gancu, dan alat mencari rongsok (sampah) lainnya. Benda-benda ini dikonstruksi menjadi karya seni instalasi yang memiliki kesadaran makna.

Kenduri “Urban Humanity - Refleksi Kehidupan Pemulung” diselenggarakan oleh Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan. Didukung oleh Unit Usaha Syariah PT. Pegadaian Cabang Pegadaian Syariah Islamic Centre Bekasi.

Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, melalui Sanggar Humaniora membimbing ratusan siswa, pelajar mahasiswa, anak-anak dan remaja putus sekolah yang dididik informal melalui pendekatan seni peran dan budi pekerti secara gratis. 

Melalui Rumah Singgah Bunda Lenny, telah melakukan aksi sosial ratusan kali, baik peduli sosial, santunan yatim dan dhua’fa, membantu korban bencana banjir, tanah longsor, kebakaran, serta pelayanan pendidikan non-formal.

Membuka warung kopi dan mie instan gratis buka tiap hari yang melayani para pemulung, musafir dan orang-orang lapar.

Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan membina ratusam pemulung. Sebagian diantaranya adalah janda-janda lanjut usia, dan ada yang usianya 97 tahun. Menyantuni kaum dhua’fa, fakir miskin, anak yatim dan dhu’afa non-panti yang tersebar di dua rumah singgah, Bekasi (Jakarta), dan di Baleendah Kabupaten Bandung.(*/Las)
Diberdayakan oleh Blogger.