Catatan Pameran TATAP RUPA Alumni Seni Rupa IKIP Jakarta/UNJ: Bukan Sekadar Acara Kelangenan dan Bernostalgia

JAKARTA,- Lingkungan hidup atau aktivitas kita turut menyumbangkan pengetahuan dan pengalaman dalam proses pembentukan karakter kita, termasuk kampus atau tempat kita berkuliah. Itu akan menjadi frame of reference yang dapat memotivasi kita dalam kehidupan selanjutnya.

Jurusan Seni Rupa IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta/ UNJ) menjadi titik tolak karakter para alumninya. Pengetahuan (kognisi), kecintaan (afeksi), dan kompetensi (psikomotorik) didapatkan mahasiswanya dengan komprehensif. Keluaran darinya tidak hanya diarahkan agar lulusannya menjadi pendidik kesenian, tetapi juga dimungkinkan menjadi peseni (pelukis/ perupa) yang profesional.

Ketika image yang berlangsung bertahun-tahun muncul istilah Mazhab Yogyakarta, lantaran ASRI/ ISI Yogyakarta berdiri di sana dan Mazhab Bandung, lantaran Jurusan Seni Rupa ITB Bandung ada di sana, diikuti pertanyaan, “adakah istilah Mazhab Jakarta?” 

Padahal IKIP Jakarta/ UNJ satu-satunya perguruan tinggi negeri yang memiliki Jurusan atau Program Studi Seni Rupa, di samping ada pula perguruan tinggi swasta seperti Seni Rupa IKJ, Seni Rupa Universitas Trisakti, dan lain-lain. 

Sehingga muncullah tanggung jawab moral para alumni Seni Rupa IKIP Jakarta/ UNJ untuk meraih image sebagai pihak yang mewakili Mazhab Jakarta. 

Setidaknya mereka berupaya menjadi pelukis (perupa) yang andal di kotanya sendiri dan tidak tenggelam di tengah maraknya aktivitas seni rupa di Jakarta, bahkan Indonesia.

Selama ini upaya tersebut hanya dilakukan oleh masing-masing pribadi atau lewat komunitas/ sanggar seni rupa yang muncul di beberapa tempat. 

Memang pada akhirnya masing-masing perupa itu akan menjadi institusi tersendiri dan dikenal dengan merek atau brand diri sendiri. Namun niat baik untuk bertatap muka dan bersilaturahmi seni antaralumni Seni Rupa IKIP Jakarta/ UNJ dengan membentuk wadah yang berisikan kegiatan diskursus, brainstorming, dan saling memberikan penguatan (enforcement) harus direspons dengan baik. Wadah itu akan menghasilkan pemikiran kesenirupaan yang bernas; wawasan seni yang lengkap tentang seni rupa mutakhir; karya seni rupa yang berkonsep dan berkualitas; dan memenuhi capaian paralel antara karya seni rupa yang idealis dan komersialis.

Sebagai langkah awal dari niat baik itu, Sarnadi Adam yang pernah menjadi dosen di Jurusan Seni Rupa IKIP Jakarta/ UNJ kerap mendapat peluang untuk mengadakan pameran karya seni rupa, lalu menstimulasi para alumninya untuk menggelar pameran bersama karya seni rupa yang diikuti oleh mantan dosen dan mahasiswa Jurusan Seni Rupa IKIP Jakarta/ UNJ. Setelah dikoordinasikan maka terwujudlah acara Pameran Seni Rupa “Tatap Rupa” di Pop Art Gallery, Plaza Indonesia, 18 Februari – 18 Maret 2024 ini.

Pameran ini diharapkan bukan sekadar acara kelangenan atau bernostalgia tentang kehidupan kampus di masa lalu (hulu), namun harus dijadikan wahana yang positif dalam peningkatan pemikiran dan proses penciptaan karya seni rupa menuju karya yang dapat diperhitungkan dan diapresiasi di tengah perkembangan karya seni rupa nasional dan internasional (muara).   

*/Ireng Halimun , Penulis adalah Pelukis (Perupa), Jurnalis, Alumni SR IKIP Jkt/ UNJ.(**/Las)

Diberdayakan oleh Blogger.