Bedah Buku Lara Rasa dan Second Hope, Upaya Badan Bahasa Tingkatkan Kegemaran Baca Masyarakat
Bedah buku berjudul Lara Rasa dan Second Hope (ist) |
JAKARTA - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Perpustakaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bekerja sama dengan Gramedia Pustaka Utama dan Elex Media Komputindo kembali menggelar kegiatan bedah buku pada Jumat (2/02/2024). Kegiatan yang diselenggarakan di aula Sasadu, Badan Bahasa tersebut menjadi bagian dari upaya Badan Bahasa untuk meningkatkan kegemaran membaca buku masyarakat.
Kali ini bedah buku menyajikan dua buku fiksi berjudul Lara Rasa karya Nureesh Vhalega dan Second Hope karya Flara Deviana. Dua buku tersebut mengangkat isu kesehatan mental. Alasan pemilihan judul buku tersebut, karena kesehatan mental merupakan salah satu isu yang cukup ramai dibahas beberapa tahun belakangan ini, terutama oleh di kalangan remaja.
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin dalam sambutan pengantarnya mengatakan kegiatan Bedah Buku merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh perpustakaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Tahun 2023 tidak kurang dari 10 kegiatan Bedah Buku sudah diselenggarakan oleh Perpustakaan Badan Bahasa.
“Kegiatan Bedah Buku ini menjadi agenda rutin dalam menjalin kerja sama dengan mitra strategis Badan Bahasa,” kata Hafidz.
Kegiatan Bedah Buku bertujuan meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk membaca buku mengingat budaya membaca masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Mengutip hasil penelitian UNESCO, hanya 1 dari 1000 masyarakat Indonesia yang memiliki kegemaran membaca buku. “Padahal buku adalah jendela informasi untuk melihat dunia,” lanjut Hafidz.
Untuk meningkatkan kegemaran membaca, menurut Hafidz dibutuhkan dukungan sarana dan prasarana terutama akses masyarakat terhadap buku bacaan. Karena itu melalui kebijakan Merdeka Belajar episode 23 yaitu buku bacaan bermutu untuk literasi Indonesia, Kemendikbudristek mendistribusikan bantuan buku bacaan untuk wilayah 3T sebanayk 15,4 juta eksemplar pada 2022. Belasan juta eksemplar buku bacaan untuk PAUD dan SD tersebut telah didistribusikan ke sekolah-sekolah di wilayah Indonesia.
Bagi Hafidz, ketersediaan buku bacaan saja tidak cukup untuk meningkatkan literasi masyarakat Indonesia. “Ketersediaan buku bacaan juga harus disertai dengan upaya menumbuhkan minat baca masyarakat terhadap buku,” tegasnya.
Gairah membaca buku bisa dimulai dengan mengubah mindset bahwa membaca adalah kegiatan menyenangkan. Pemilihan buku bacaan menjadi hal penting yang harus dilakukan untuk bisa mengubah mindset ini. “Mulailah membaca buku yang memang ceritanya menyenangkan. Ada buku-buku romantisme, ada buku cerita yang seru, atau ada juga yang cerita seram. Memulai baca buku yang sesuai dengan Tingkat ketertarikan, tentu akan berpengaruh pada mindset seseorang,” tambahnya.
Bermula dari membaca satu buku yang menyenangkan, Hafidz yakin jika hal tersebut dilakukan berulang, dapat menambah kecintaan seseorang terhadap buku.
“Bedah buku adalah upaya mengajak orang tertarik untuk membaca buku. Hari ini kita bedah dua buku sekaligus hadir pula penulis dan psikolog,” kata Hafidz.
Ia berharap dari kegiatan bedah buku, orang akan dapat menyelami apa isi buku tersebut, apa pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis, dan bagaimana penulis mendapatkan ide kreatifnya untuk menuangkan dalam bentuk tulisan. “Itu sebab kami hadirkan psikolog untuk membahas isi buku,” jelasnya.
Lebih lanjut Hafidz mengatakan bahwa Badan Bahasa terus berupaya memberikan apresiasi kepada para penulis buku, terutama penulis buku cerita yang menginspirasi masyarakat. “Kami mendorong para penulis untuk terus berkarya,” katanya.
Sekretaris
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin
Hafidz
berharap melalui kegiatan bedah buku ini dapat menjadi sarana untuk memperoleh
masukan untuk kedua buku yang dibedah. Tidak hanya itu, melalui bedah buku
ini, pembicaraan lebih mendalam antara karya sastra dan kesehatan mental dapat
membantu pembaca memahami isu kesehatan mental yang seringkali lebih sulit
dipahami oleh kaum awam. Melalui sastra pula, pembaca diharapkan dapat masuk ke
dalam kisah alur cerita, mendorong pembaca memahami berbagai karakter yang akan
membantu meningkatkan pemahaman akan konsep yang kompleks, sekaligus mampu
memupuk rasa empati dalam kehidupan nyata.
Selain itu, kegiatan bedah buku ini merupakan sarana untuk mendiskusikan dan mengeksplorasi makna mendalam dari dua karya sastra terbaru, "Second Hope" dan "Lara Rasa". Kegiatan ini diinisiasi sebagai upaya bersama untuk memberikan apresiasi kepada para penulis muda yang telah berkontribusi dalam mengembangkan dunia sastra Indonesia.
“Kerjasama antara Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Gramedia Pustaka Utama, dan Elex Media Komputindo diharapkan dapat menjadi langkah positif dalam mendukung perkembangan sastra Indonesia yang semakin berkembang,” tutup Hafidz.
Turut hadir dalam kegiatan Bedah Buku ini Nathalie
Indry (moderator), Willy Tasdin, M.Psi, (Psikolog),
Flara Deviana (Penulis), dan Nureesh Vhalega (Penulis).Nureesh Vhalega atau
akrab disapa Nui, menulis di lini citylite dengan karakter-karakter
perempuan kuat yang didera drama keluarga. Empat dari beberapa novelnya
diterbitkan oleh Elex Media Komputindo: Eternal Flame (2015), Take Me for
Granted (2018), As Always, I Love… (2020), dan Lara Rasa (2023). (ken)
Post a Comment