Asmariah Supriyadi 15 Tahun Mendekatkan Anak-Anak Dengan Buku
JAKARTA, Membersamai anak-anak dengan buku-buku, itulah hari-harimu. Di sepetak pekarangan, beralaskan tikar plastik, kau ajak anak-anak menjelajahi dunia dengan buku.
Angan mereka membubung. Imajinasi mereka melayang-layang. Mereka memiliki mimpi baru, tentang esok yang diam-diam hendak mereka gapai.
Mereka sesungguhnya bukan anak-anakmu. Mereka tidak lahir dari rahimmu. Mereka juga tidak tinggal serumah denganmu.
Tapi, bagi mereka, engkau adalah Ibu, yang dengan penuh kasih mengenalkan mereka pada huruf, kata, dan kalimat.
Engkau merangkainya menjadi cerita. Engkau membuat mereka memiliki mimpi baru tentang esok.
“Di masa kanak-kanak, buku adalah barang mewah bagiku. Sebelum tamat Sekolah Dasar, ayahku sudah tiada. Hari-hari terasa sangat panjang dan harapan hanya nampak samar-samar,” begitu penuturanmu suatu hari, yang tentu saja membuat aku tertegun. Terdiam agak lama.
Catatan ini kutulis tentangmu, Asmariah Supriyadi. Bukan untuk menyanjungmu, tapi untuk mengingatkan orang banyak. Bahwa, niat baik sesungguhnya ada di hati tiap orang. Niat untuk berbagi, pada dasarnya dimiliki tiap orang. Yang krusial adalah momentum, titik awal untuk memulai.
Dan, engkau memulainya setelah berkeluarga, setelah memiliki kemampuan ekonomi untuk membeli buku-buku.
Ratusan Buku
Ada ratusan buku di rak buku di rumahmu di Cilegon, Banten, masa itu. Buku-buku itu kamu ajak boyongan ke Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, ketika kamu sekeluarga memilih hijrah ke Kota Pelajar yang sekaligus merupakan Kota Budaya tersebut.
Di Temon Pandowoharjo, Sleman, DI Yogyakarta, kamu sekeluarga menetap. Di sana pula kamu mendirikan Taman Baca Temon Tb.
Temon Pandowoharjo Sleman Yogya, 15 tahun yang lalu. Ya, sejak 15 tahun lalu, yang masa itu barangkali belum banyak yang peduli pada apa yang kini disebut literasi. Tapi, kamu sudah bergerak, sudah menjadi penggerak literasi untuk anak-anak di sekitarmu.
Boleh dibilang, kamu tak ingin anak-anak di sekitarmu jauh dari buku, sebagaimana kamu dulu di masa kanak-kanak. Taman Baca Temon kamu pilih sebagai jalan untuk mendekatkan mereka dengan buku-buku, untuk menumbuhkan imajinasi mereka tentang masa depan.
Jalan yang kau tempuh, sungguh mengesankan, Asmariah Supriyadi. Kamu tak ingin buku-buku pribadimu hanya mendekam dalam rak buku.
Kamu membuka ruang untuk publik, setidaknya untuk anak-anak di sekitarmu. Inisiatif kamu untuk berbuat demi kepentingan orang banyak, itulah yang memotivasi aku menuliskan catatan ini.
Setahap demi setahap, anak-anak di sekitarmu mulai berdatangan. Kamu membersamai mereka dengan buku-buku, di sepetak pekarangan, beralaskan tikar plastik. Pada saat yang bersamaan, kamu terus dan terus belajar mengelola Taman Baca Temon tersebut.
Keinginan yang kuat untuk berbuat baik, itu menjadi pemicu semangat belajarmu. Aku paham, dirimu tak memiliki latar belakang pendidikan tentang perpustakaan. Dirimu juga tak memiliki amunisi finansial yang cukup, untuk menggaji karyawan.
Namun, semua itu, sama sekali tak menyurutkan keinginanmu untuk mendekatkan anak-anak dengan buku-buku.
Bersama keluarga, kamu siapkan buku, kamu alokasikan waktu untuk membersamai anak-anak tersebut. Meski mereka tidak lahir dari rahimmu, tapi kamu tulus-ikhlas merangkul mereka agar cinta buku sekaligus gemar membaca.
Spirit literasi-mu tentulah secara alamiah menginspirasi orang lain. Mereka yang terinspirasi itulah yang kini secara tulus-ikhlas menjadi relawan Taman Baca Temon. Ketika spirit literasi-mu meluas, maka secara alamiah tangan-tangan baik di luar sana, secara tulus-ikhlas mengulurkan bantuan.
Tak heran, kini sudah lebih dari 6.000 buku koleksi Taman Baca Temon. Kesungguhanmu mengelolanya, dengan sendirinya juga menumbuhkan kesungguhan orang-orang baik di luar sana untuk mendukungmu. Niat baik disambut niat baik. Orang baik didukung orang baik.
Salam dari saya Isson Khairul
Persatuan Penulis Indonesia.(**/Las)
Post a Comment